Nosuta: Startup RI Jembatani Talenta Kehutanan ke Jepang

Rahmi Susanto

July 19, 2025

Liputan6.com, Jakarta – Viko Gara dan Aril Aditian, dua profesional muda asal Indonesia, telah menunjukkan bahwa kolaborasi lintas negara mampu membuka cakrawala peluang baru, khususnya di sektor kehutanan.

Mereka mendirikan perusahaan rintisan (startup) Nosuta di Fukuoka, Jepang, sebuah inisiatif yang didukung oleh program Startup Visa dari Pemerintah Kota Fukuoka.

Nosuta bertujuan menghubungkan mahasiswa kehutanan Indonesia dengan berbagai kesempatan kerja di industri kehutanan Jepang, sektor yang saat ini sedang menghadapi defisit tenaga ahli.

Sebelum mendirikan Nosuta, Viko dan Aril memiliki rekam jejak yang terbukti sukses dalam mengembangkan usaha rintisan di Indonesia, termasuk pengembangan aplikasi uang elektronik yang berhasil mencapai lebih dari 5 juta pengguna dan dinobatkan sebagai Google Play App of the Year 2022 kategori everyday essentials.

"Selama 10 tahun terakhir, kami telah mengidentifikasi pola untuk mencapai product-market-fit di berbagai industri, termasuk finansial, travel, hospitality, dan teknologi," demikian pernyataan Viko, selaku CEO dan Co-founder Nosuta, dikutip Kamis (3/4/2025).

"Kini, melalui Nosuta, kami mengkombinasikan latar belakang pendidikan kehutanan dengan pengalaman pembangunan usaha rintisan untuk mengatasi tantangan di sektor kehutanan Jepang," jelasnya.

Data yang ada menunjukkan bahwa industri kehutanan Jepang memerlukan sekitar 20.000 profesional terampil. Sementara itu, Indonesia meluluskan sekitar 9.000 sarjana kehutanan setiap tahun, dimana sebagian besar dari mereka masih mencari pekerjaan.

Nosuta berusaha menyelaraskan kebutuhan industri kehutanan Jepang dengan potensi sumber daya manusia muda dari Indonesia.

"Kami optimis bahwa kolaborasi ini akan memberikan keuntungan timbal balik bagi kedua belah pihak: perusahaan kehutanan Jepang akan mendapatkan talenta muda yang kompeten, sementara mahasiswa Indonesia akan memperoleh kesempatan karier di kancah internasional," tambah Viko.

Nosuta mengembangkan konsep "Operator Universitas Virtual" yang menawarkan program kurikulum berdurasi satu tahun bagi mahasiswa kehutanan tingkat akhir.

Program ini telah berhasil diuji coba di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan memperoleh respons positif. Kurikulum yang disusun meliputi pelatihan praktis dalam pengelolaan hutan di Jepang, pelatihan bahasa yang intensif, serta aksesibilitas langsung ke perusahaan kehutanan di Jepang.

"Sebagai sebuah institusi pendidikan, kami berupaya mempersiapkan mahasiswa kami agar siap memasuki dunia kerja internasional. Kerja sama dengan Nosuta ini menyediakan jalur karier yang terstruktur," ungkap Galit Prakosa, Kepala Departemen Kehutanan UMM.

Data tahun 2022 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di sektor kehutanan Jepang hanya tersisa sekitar 42.000 orang, angka ini merupakan sepertiga dari jumlah yang tercatat pada era 1980-an.

Di sisi lain, kebutuhan akan pengelolaan hutan justru meningkat, mengingat 64% hutan tanaman di Jepang telah mencapai usia 50 tahun atau lebih.

Melalui program Startup Visa dan dukungan penuh dari Pemerintah Kota Fukuoka, Nosuta memperoleh bimbingan dari tim Global Business Support yang berlokasi di Fukuoka Growth Next.

Leave a Comment