Bayangkan sebuah perjalanan waktu, kembali ke masa sekitar 259 juta tahun silam. Di sanalah, dari dalam lapisan batu lanau ungu di utara China, sebuah temuan luar biasa berhasil digali: sebuah fosil tengkorak baru, menjadi saksi bisu kehidupan di era prasejarah.
Makhluk purba ini kini kita kenal dengan nama Yinshanosaurus angustus. Penemuan yang sungguh berarti ini seolah mengisi kepingan teka-teki yang hilang dalam pohon keluarga reptil herbivora raksasa, spesies yang mendominasi Bumi sesaat sebelum kepunahan massal paling dahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah planet kita.
Menyingkap Rahasia Yinshanosaurus angustus
Kisah penemuan ini berawal dari kerja keras Dr. Jian Yi dan Dr. Jun Liu, para peneliti dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology di Chinese Academy of Sciences (IVPP). Mereka dengan teliti membandingkan dua spesimen yang terawetkan dengan sangat baik, yang berasal dari Shanxi dan Mongolia Dalam.
Sungguh sebuah keberuntungan, kedua fosil ini menyajikan tengkorak yang hampir utuh. Ini adalah anugerah langka bagi para peneliti, memungkinkan mereka mendapatkan gambaran yang begitu detail, tak hanya dari bagian kepala, tetapi juga sebagian besar struktur tulang belakang makhluk purba ini.
“Pareiasauria merupakan kelompok tetrapoda herbivora yang unik dan hidup selama periode Guadalupian serta Lopingian. Mereka adalah salah satu korban yang terkena dampak langsung dari kepunahan massal yang terjadi di penghujung zaman Kapitanian dan akhir Permian,” kenang Liu seperti dikutip dari Earth.com.
Salah satu tengkorak yang ditemukan, yang kondisinya lebih lengkap, memiliki panjang sekitar 10 inci. Namun, yang menarik adalah lebarnya di bagian pipi, hanya sekitar 4 inci. Ini menjadikannya kepala pareiasaurus tersempit yang pernah teridentifikasi, sebuah keunikan yang memukau.
Bentuknya yang tak biasa ternyata bukan satu-satunya keanehan pada makhluk ini. Perhatikan moncongnya, ia memiliki lebar yang sama dengan tingginya. Tulang frontalnya begitu ramping, bahkan dua kali lebih panjang dari lebarnya. Dan yang lebih mengherankan lagi, gigi di rahang atasnya berdiri hampir tegak lurus, sebuah kontras mencolok dibandingkan gigi para kerabatnya yang cenderung miring ke belakang.
Mengenal Lebih Dekat Pareiasaurus
Jika kita membayangkan seekor pareiasaurus, mungkin gambaran yang muncul adalah seekor tetrapoda bertubuh kekar, menyerupai sebuah tong, dengan ekor yang relatif kecil. Kepalanya seringkali dihiasi oleh tonjolan-tonjolan tulang yang unik. Kebanyakan spesies dari kelompok ini bisa mencapai panjang sekitar 2,4 meter, dan beratnya bisa kita bayangkan setara dengan seekor bison Amerika modern.
Mereka pernah mengalami masa ‘kejayaan’ dan berkembang pesat di seluruh penjuru periode Permian akhir. Tak hanya itu, mereka juga berperan penting sebagai ‘pengganggu’ utama bagi tanaman di berbagai ekosistem, tersebar luas dari Afrika Selatan hingga Rusia. Namun, ‘kejayaan’ itu harus berakhir secara mendadak. Kita tahu bahwa di penghujung era tersebut, sekitar 90% spesies laut dan 70% vertebrata darat di Bumi musnah.
Yinshanosaurus angustus mencari makan di wilayah utara Pangea, sebuah daratan raksasa yang dulunya menyatukan semua benua yang kita kenal sekarang. Bayangkan kondisi saat itu: bagian dalam superbenua itu bergulat antara musim panas yang sangat terik dan musim dingin yang membekukan. Lingkungan ekstrem ini terus-menerus mendorong hewan untuk beradaptasi, atau menghadapi kepunahan.
Di China, formasi geologi Naobaogou dan Sunjiagou seolah menjadi kapsul waktu. Di dalamnya, tumpukan batu lumpur dan batu lanau merekam bentang alam yang penuh gejolak di masa itu. Sebuah ‘keajaiban’ alam terjadi: banjir yang datang secara berkala mengubur bangkai-bangkai dengan begitu cepat. Proses ini, entah disengaja atau tidak, berhasil mengawetkan kerangka-kerangka rapuh tersebut, menjadi sebuah keberuntungan luar biasa bagi para ahli paleontologi di era modern.
Rahasia yang Terukir di Tulang
Saat meneliti lebih dalam, Yi dan Liu menemukan petunjuk-petunjuk penting yang terukir di tulang-tulang fosil itu. Ada sebuah tonjolan belakang yang bercabang pada tulang hidung, dan sebuah takik mencolok pada tulang tabular di bagian belakang tengkorak. Kombinasi fitur-fitur ini adalah sesuatu yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya pada spesies lain.
Tak hanya itu, mereka juga menaruh perhatian khusus pada proses paraoksipital yang berbentuk U. Bentuk ini sangat berbeda dari versi berbentuk V yang biasa ditemukan pada kerabat dekatnya, menambahkan satu lagi poin keunikan pada Yinshanosaurus angustus.
“Kerangka Yinshanosaurus angustus telah memberikan detail kranial dan postkranial pareiasaurus dari China yang begitu lengkap, untuk pertama kalinya,” tambah Jian Yi setelah berbulan-bulan lamanya berkutat dengan persiapan laboratorium yang cermat.
Dengan bekal 183 karakter anatomi yang cermat, tim peneliti kemudian menjalankan analisis komputer yang mendalam. Hasilnya, mereka berhasil membagi kelompok pareiasaurus China menjadi tiga cabang yang berbeda, menempatkan takson baru ini berdampingan dengan Shihtienfenia completus di dalam sebuah subkelompok yang juga baru teridentifikasi.
Periode Permian: Sebuah Pelajaran Penting untuk Masa Kini
Periode Permian akhirnya mencapai ujungnya, ditandai dengan letusan gunung berapi raksasa di wilayah yang kini kita kenal sebagai Siberia. Letusan itu melepaskan karbon dioksida dalam jumlah masif, cukup untuk menghangatkan lautan di seluruh planet.
Kenaikan suhu ini memicu serangkaian bencana: anoksia laut yang meluas, hujan asam yang merusak, dan hancurnya begitu banyak habitat. Ini semua menjadi panggung bagi era berikutnya, sebuah awal baru bagi kemunculan dinosaurus di zaman Trias.
Setiap spesies yang baru berhasil dideskripsikan, khususnya yang berasal dari era pra-kepunahan, adalah kepingan data berharga. Mereka membantu kita semakin mempertajam pemahaman dan model tentang bagaimana ekosistem di masa lalu merespons kenaikan suhu dan gangguan pada siklus karbon.
Dan mengapa pareiasaurus begitu penting? Karena posisi mereka yang berada di dasar rantai makanan darat, mereka menjadi indikator yang sangat langsung dan akurat mengenai kesehatan produksi tanaman primer, jauh lebih langsung dibandingkan para predator. Melalui mereka, kita bisa belajar banyak tentang masa lalu untuk memahami masa depan.