Deepfake Penipuan: Jangan Sampai Rekeningmu Terkuras AI

Dadang Simanjuntak

July 18, 2025

Sektor perbankan, entah kita sadari atau tidak, telah menjadi salah satu arena paling rentan terhadap serangan siber. Mengapa demikian? Ada beberapa faktor pemicu, mulai dari nilai data sensitif yang mereka kelola hingga kompleksitas dan ketergantungan penuh pada teknologi digital. Celakanya, seiring dengan masifnya peningkatan transaksi digital yang kita lakukan setiap hari, kejahatan siber berbasis kecerdasan buatan (AI) pun ikut merajalela, dan yang paling mengkhawatirkan, semakin sulit untuk dideteksi.

Coba bayangkan skenario ini: Kamu sedang sibuk dengan pekerjaanmu, lalu tiba-tiba layar ponselmu menampilkan panggilan video dari bos di kantormu. Wajah dan suaranya tampak begitu meyakinkan saat ia menginstruksikanmu untuk mentransfer sejumlah besar dana ke rekening tertentu. Kamu, yang tak menaruh curiga, segera melaksanakan perintah itu. Namun, hanya dalam hitungan jam, dana itu lenyap tak berbekas. Investigasi kemudian mengungkap fakta mengejutkan: Bosmu ternyata tidak pernah melakukan panggilan itu. Apa yang kamu alami hanyalah tipuan canggih dari teknologi deepfake.

Kisah mengerikan seperti yang barusan kamu baca ini, menurut Ganda Raharja Rusli, Director of Risk, Compliance, and Legal Allo Bank, bukan lagi sekadar bualan atau teori semata. Ini telah menjelma menjadi ancaman nyata yang kini menghantui industri perbankan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Setidaknya, ada dua jenis deepfake yang kini secara spesifik mengancam keamanan industri perbankan:

Ganda menjelaskan, modus penipuan “voice cloning” kini telah menjelma menjadi senjata baru yang paling diminati para penjahat siber di era digital ini. Bayangkan, dengan kecanggihan teknologi ini, mereka sanggup meniru suara seseorang hingga begitu akurat, seolah-olah memang orang asli yang sedang berbicara. Tentu saja, ini membuka pintu lebar bagi aksi penipuan yang terasa jauh lebih meyakinkan dan sulit dibedakan.

"Voice cloning ini menirukan orang asli dalam bentuk suara. Kasus ini sudah terjadi di luar negeri, malingnya merekayasa suara seorang pemimpin perusahaan menginstruksikan ke bawahannya untuk melakukan transfer. Karena mirip, bawahannya percaya saja. Ternyata bukan (bosnya)," tutur Ganda dalam acara roudtable dengan media tentang ancaman deepfake di kantor pusat Allo Bank, Jakarta Selatan, Kamis (17/7/2025).

Jenis deepfake yang kedua dan tak kalah mengkhawatirkan adalah pencurian identitas pelanggan secara menyeluruh. Ini bukan sekadar data pribadi, melainkan hingga mampu menciptakan duplikat visual dan audio. Bayangkan, wajah dan suara seseorang bisa ditiru dengan sempurna dan ditampilkan dalam panggilan video, seolah-olah itu adalah orangnya sendiri yang sedang berbicara.

"Bahkan seorang pemimpin negara pun bisa dibikin parodi dengan AI video, mulutnya seolah berbicara sungguhan sesuai dengan kata-katanya, bahkan suarany mirip," Ganda memberikan gambaran betapa canggihnya teknologi ini.

"Jadi kalau dulu-dulu kita lihat ini sekadar lucu-lucuan, sekarang digunakan oleh pelaku kejahatan cyber," imbuhnya, menyoroti evolusi mengerikan deepfake.

Seiring dengan kian rumitnya modus penipuan dan melesatnya kemajuan teknologi deepfake, Ganda menekankan bahwa bank-bank digital harus segera mengadopsi langkah-langkah antisipatif yang cerdas dan seimbang.

"Bank digital perlu menerapkan strategi optimasi risiko yang mampu menyeimbangkan antara pengalaman nasabah dan aspek keamanan, guna menjaga kepuasan serta loyalitas jangka panjang," ujarnya, menekankan pentingnya harmoni antara kenyamanan dan perlindungan.

Anggraini Rahayu, Country General Manager Advance.AI, sebuah perusahaan penyedia solusi keamanan berbasis AI, turut angkat bicara. Ia menyoroti bahwa evolusi teknologi deepfake yang melesat begitu cepat, dan dampaknya terhadap sektor keuangan, telah menjadi ancaman serius bagi fondasi utama yang kita hargai: yaitu kepercayaan konsumen dalam ekosistem perbankan digital.

"Pendekatan keamanan yang proaktif tidak hanya penting untuk melindungi pengguna dari potensi kerugian pribadi, tetapi juga krusial dalam menjaga reputasi institusi keuangan," tutupnya, menegaskan bahwa keamanan adalah investasi bagi masa depan industri.

Leave a Comment