Jepang & Gorong-gorong Katedral: Lawan Banjir Akibat Iklim Brutal

Saut Budiman

July 17, 2025

Jepang itu udah kayak langganan bencana alam, ya kan? Mulai dari gempa bumi, gunung meletus, tsunami, sampai topan dan longsor. Nah, sama kayak banyak negara lain di dunia, Jepang juga lagi menghadapi cuaca ekstrem yang bikin geleng-geleng kepala, gara-gara perubahan iklim dan pemanasan global.

Nah, buat ngadepin hujan ekstrem ini, Jepang punya jurus jitu, yaitu jaringan gorong-gorong super gede di Prefektur Saitama. Udah beroperasi dari tahun 2006, kompleks terowongan raksasa ini jadi andalan banget buat ngalirin air banjir dan katanya sih, udah berhasil nyelametin kerugian lebih dari 150 miliar yen! Ini data dari Kementerian Pertanahan Jepang, lho.

Gorong-gorong ini performanya udah mantap banget, sukses cegah banjir di sungai-sungai yang rawan di sana. Tapi nih, karena pemanasan global bikin cuaca makin nggak santai, pihak berwenang di sana langsung gercep, nge-upgrade habis-habisan sistem ini, bahkan sampai diperluas segala!

“Jadi gini, makin sering suhu naik, uap air di atmosfer juga ikutan nambah, alhasil curah hujan jadi lebih gede,” kata Profesor Seita Emori dari Universitas Tokyo, pada Oktober 2024, dilansir dari Japan Times. Jelas banget kan?

“Kami prediksi, hujan yang belum pernah kita lihat sebelumnya bakal turun seiring suhu yang makin panas ke depannya,” imbuh profesor keren yang juga anggota tim ilmu iklim peraih Hadiah Nobel tahun 2007 ini. Wah, serem juga ya kalau sampai kejadian!

Jaringan gorong-gorong ini punya nama beken lain, yaitu ‘kompleks katedral’, gara-gara pilar-pilarnya itu lho, mirip banget sama bangunan katedral. Nama resminya? Metropolitan Area Outer Underground Discharge Channel (MAOUDC) atau Saluran Pembuangan Bawah Tanah Wilayah Luar Metropolitan. Proyeknya butuh waktu 13 tahun buat kelar, dan biayanya juga gak kaleng-kaleng, mencapai 230 miliar yen!

Nggak cuma canggih secara teknik, kompleks ini juga hits banget jadi tempat wisata sekaligus lokasi syuting populer. Bayangin aja, luasnya itu bisa nampung air sebanyak 100 kolam renang ukuran Olimpiade! Gila, kan?

Di dalamnya, ada 59 pilar raksasa, tiap pilar beratnya 500 metrik ton dan tingginya 18 meter. Edan! Kalau sungai-sungai di sekitarnya meluap, air banjirnya langsung ngacir lewat terowongan bawah tanah sepanjang 6,3 km sebelum akhirnya ngumpul di waduk besar.

Waktu Topan Shanshan ‘mampir’, sistem ini sukses nangkep air sebanyak hampir empat kali lipat stadion bisbol Tokyo Dome! Habis itu, airnya dipompa dengan aman ke Sungai Edogawa dan langsung dibuang ke laut. Mantul!

“Beda banget sama tahun-tahun sebelumnya, sekarang tuh cenderung hujan lebatnya datang langsung jebret sekaligus, kami nyebutnya ‘hujan gerilya’,” kata Yoshio Miyazaki, pejabat Kementerian Pertanahan yang ngehandle kompleks ini. Jadi, tiba-tiba langsung deras gitu.

“Bayangin aja kalau fasilitas ini nggak ada, air di Sungai Nakagawa utama dan anak-anak sungainya bisa naik drastis banget, bisa-bisa bikin banjir parah, bahkan sampai ada korban jiwa,” tambahnya. Serem banget, kan?

Tapi nih, meskipun canggih, sistem ini ternyata nggak bisa nahan banjir yang nimpa lebih dari 4.000 rumah di area sungai pasca hujan topan gede Juni 2023 lalu. Nah, gara-gara itu, pemerintah langsung tancap gas, ngeluncurin proyek baru yang bakal jalan tujuh tahun dengan dana 37,3 miliar yen buat nguatin tanggul dan saluran air di sana.

Nggak cuma di Saitama, lebih deket ke pusat Kota Tokyo, ada proyek gede lain yang lagi digarap buat nyambungin kanal-kanal penampung luapan Sungai Shirako dan Sungai Kanda. Kalau udah rampung tahun 2027 nanti, kanal ini bakal ngalirin air banjir sekitar 13 km di bawah tanah langsung ke Teluk Tokyo. Keren abis!

Jaringan pembuangan Tokyo sendiri didesain buat ngatasi curah hujan sampai 75 milimeter per jam. Tapi, kata Shun Otomo, manajer lokasi proyek ini, sekarang makin banyak badai lokal yang bawa hujan sampai 100 mm, bikin sistemnya kewalahan banget.

“Contohnya nih, kalau ada hujan deras dadakan di area Sungai Kanda, kita bisa manfaatin kapasitas area sungai di wilayah yang lagi nggak hujan. Kita yakin ini bakal ampuh banget buat ngelawan ‘hujan gerilya’ yang tiba-tiba datang ini,” jelas Otomo. Strategi yang oke juga ya!

Leave a Comment