Liputanku – Pada pembukaan perdagangan Rabu (16/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan volatilitas dengan kecenderungan melemah. Situasi ini dipicu oleh tekanan dari pasar saham regional serta kekhawatiran pelaku pasar terhadap eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Berdasarkan data dari RTI pada pukul 09.10 WIB, IHSG mencatatkan penguatan tipis sebesar 0,05% atau bertambah 3,125 poin, mencapai level 6.444,808.
Namun, pergerakan IHSG menunjukkan ketidakstabilan, dengan catatan 244 saham mengalami kenaikan, 159 saham mengalami penurunan, dan 195 saham berada dalam posisi stagnan.
Transaksi Saham yang Aktif Volume transaksi mencapai 1,95 miliar saham dengan nilai perdagangan sebesar Rp 1,14 triliun. Dari perspektif sektoral, 10 indeks sektoral masih menjadi pendorong utama pergerakan IHSG di sesi pagi ini.
Beberapa sektor menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, di antaranya IDX-Energy dengan kenaikan sebesar 1,03%, IDX-Basic dengan kenaikan sebesar 0,40%, dan IDX-Cyclicals dengan kenaikan sebesar 0,36%.
Saham dengan Kenaikan Tertinggi di LQ45
Berikut adalah beberapa saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi di indeks LQ45:
-
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), naik 7,34% menjadi Rp 950
-
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), naik 1,69% menjadi Rp 900
-
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), naik 1,39% menjadi Rp 1.825
Saham dengan Penurunan Tertinggi di LQ45
Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan terbesar di indeks LQ45 antara lain:
-
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), turun 1,46% menjadi Rp 8.450
-
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), turun 1,44% menjadi Rp 2.050
-
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), turun 1,37% menjadi Rp 7.200
Tren Jangka Panjang IHSG
Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas, dalam jangka panjang, IHSG masih menunjukkan tren penurunan (bearish). Pada perdagangan sebelumnya, IHSG sempat menguat sebesar 1,15% dan membentuk pola doji di area resistance. Analis menyarankan investor untuk berhati-hati terhadap potensi pelemahan IHSG menuju level support terdekat di 6.309.
Koreksi pada Bursa Asia
Pasar saham Asia secara umum juga mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini. Penurunan yang terjadi di bursa Wall Street semalam turut memberikan tekanan pada pasar saham di kawasan Asia. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,3%, Kospi Korea Selatan turun 0,47%, dan Hang Seng Hong Kong mengalami penurunan signifikan sebesar 1,55%. Hanya indeks S&P/ASX 200 Australia yang berhasil mencatatkan kenaikan tipis sebesar 0,19%.
Kekhawatiran Pasar Terhadap Perang Dagang
Pasar global masih diliputi kekhawatiran terkait dengan meningkatnya ketegangan dalam perang dagang antara AS dan Tiongkok. Meskipun ekonomi China mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,4% pada kuartal pertama tahun 2025, yang melampaui ekspektasi, UBS telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Tiongkok, yang berpotensi terkena dampak signifikan dari kebijakan tarif tambahan yang diterapkan oleh AS. Tiongkok juga telah mengambil langkah balasan terhadap Washington, dengan menginstruksikan maskapai penerbangan untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing.
Sentimen Investor Menanti Data Ekonomi Tiongkok
Meskipun demikian, para investor akan terus memantau rilis data ekonomi dari Tiongkok untuk mendapatkan indikasi lebih lanjut mengenai prospek pertumbuhan ekonomi negara tersebut serta dampaknya terhadap pasar global.
Pelemahan di Bursa AS
Sementara itu, ketiga indeks utama di Wall Street juga ditutup dengan penurunan pada perdagangan semalam. Dow Jones turun sebesar 0,38% menjadi 40.368,96, S&P 500 turun sebesar 0,17% menjadi 5.396,63, dan Nasdaq Composite turun sebesar 0,05% menjadi 16.823,17. Penurunan ini terjadi setelah dua sesi sebelumnya mencatatkan penguatan yang signifikan, dan pasar masih mencari arah di tengah ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang yang semakin memanas.
Investor disarankan untuk tetap berhati-hati terhadap fluktuasi IHSG yang dipengaruhi oleh ketegangan perdagangan AS-Tiongkok. Meskipun ada sektor-sektor tertentu yang mendukung pergerakan IHSG, kondisi global yang tidak pasti dapat memengaruhi arah pasar saham domestik. Disarankan agar investor tetap waspada, memantau perkembangan sentimen pasar, dan mempertimbangkan rekomendasi saham dari para analis.***